STRATEGI OPTIMALISIS SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN SEBAGAI PILAR KETAHAN PANGAN NASIONAL YANG BERKELANJUTAN

 


       Program pupuk subsidi merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah indonesia dalam mendukung pertanian, yang merupakan sektor utama penonpang perekonomian nasional dan ketahanan pangan. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1969, program ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan produktivitas pertanian. Ketersediaan anggaran subsidi pupuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Ketidakseimbangan ini menyebabkan mayoritas petani kesulitan mendapatkan akses terhadap pupuk bersubsidi, sehingga banyak dari mereka tidak mampu memaksimalkan hasil usaha taninya. Selain itu permasalahan sistemik juga menghambat efektivitas program subsidi pupuk. Masalah ini semakin mendesak untuk segera diatasi mengingat pentingnya peran subsidi pupuk dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan mengatasi berbagai kendala tersebut, program subsidi pupuk diharapkan dapat berjalan lebih optimal, memberikan manfaat maksimal bagi petani, dan mendukung pencapaian ketahanan pangan secara berkelanjutan. Stakeholder terkait harus segera mengambil langkah konkret untuk memastikan keberhasilan program ini sebagai bagian dari komitmen nasional terhadap penguatan sektor pertanian.(Setiawan et al., 2024)

     Strategi ketahanan pangan nasional hendaknya tidak hanya diarahkan untuk mencapai kecukupan akan pangan, tetapi juga lebih diarahkan untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan (swasembada pangan) serta peningkatan daya saing produk-produk pangan nasional dalam rangka ketahanan nasional. Komoditi pangan strategi bagi stabilitas nasional, juga merupakan komoditi yang sangat penting bagi upaya untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi indonesia dipasaran global. Oleh karena itu strategi ketahanan pangan nasional yang berorientasi pada awasembada harus diarahkan juga untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produk-produk pangan nasional, sehingga mampu berkompetisi di pasaran dunia. Suatu hal yang sangat mengembirakan kita adalah hasil studi dari word Economic Forum yang menyatakan bahwa indeks daya saing indonesia pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan indeks daya saing pada tahun 2012-2013, yaitu dari rangki ke 50 menjadi rangking 38 dari 186 negara yan diteliti. Satu hal yang penting untuk meningkatkan daya saing ekonomi nasional adalah kemandirian ekonomi, terutama untuk komoditi-komoditi stratei diantarannya adalah pangan dan energi.(Rhofita, 2022)

       Ketahanan pangan saat ini menjadi salah satu topik pembangunan ekonomi diseluruh dunia. Ketahan pangan yang baik merupakan bentuk dampak turunan dari produktivitas sector pertanian. Ada beberapa peranan pertanian yang dianggap penting antara lain. Pertama, sektor pertanian membuka lapangan pekerjaan sehingga membuka kesempatan kerja dan sumber pendapatan. Meski ada penurunan penawaran tenaga kerja, namun jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor ini masih besar. Kedua, komoditas pertanian menjadi kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi jumlah penduduk semakin meningkat sehingga komoditas pangan menjadi basis industry. Ketiga, sektor pertanian berkontribusi terhadap devisa negara. Komoditas pertanian salah satu produk orientasi ekspor yang dapat diandalkan dan dibutuhkan pasar dunia. Ekspor komoditas pangan menyumaban devisa negara sehingga real value of money dapat meningkat. Keempat, alih fungsi lahansangat besar,
saat ini pertumbuhan penduduk indonesia meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan luas lahan untuk bertani.(Maya Gita Safitri et al., 2024)
Ketahanan pangan terdiri dari empat sub sistem utama yaitu ketersediaan (food availability), akses pangan (food access), penyerapan pangan (food ultilyzation), dan stabilitas pangan (foot stability), sedangkan status gizi (nutritional status) merupakan outcome dari ketahanan pangan (Weingartner,2004). 

            Ketersediaan, akses, penyerapan, dan stabilitas pangan merupakan satu kesatuan sub sistem yang harus dipenuhi secara utuh. Keberhasilan indonesia dalam kemandirian pangan seperti komoditi beras tidak selalu diikuti dengan kemudahan dalam akses pangan. Oleh karena itu, fokus ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas saat ini diharapkan tidak hanya dari aspek ketersediaan pangan melalui usaha swasembada pangan saja, namun yang lebih penting adalah bagaimana mewujudkan ketahanan pangan. Dalam membangun pertanian, perbaikan efesiensi pemasaran hasil pertanian memiliki peran yang sangat penting,dalam pasar yang efesien diperlukan adanya intervensi pemerintah dengan cara membangun sistem informasi dan infrastruktur yang efesien melalui sistem pemasaran dari daerah pendesaan sampai kekonsumen sehingga informasi harga dan pupuk mampu diperoleh oleh produsen dan konsumen, yang pada akirnya mampu mengurangi marjin pemasaran, meningkatkan harga jual produsen dan mengurangi harga beli konsumen. Semakin kecilnya marjin pemasaran akan berdampak langsung dengan meningkatnya harga jual produsen yang disebut sebagai efek perbaikan efesiensi pemasaran. Perbaikan efesiensi pemasaran dapat dilakukan melalui peningkatan kinerja petani untuk ikut dalam kegiatan pemasaran, perbaikan sistem informasi harga dan pasar, pembangunan pasar induk dan pasar lelang produk pertanian, serta perbaikan sarana prasarana transportasi (Baladina et al., 2017)

   Strategi pembangunan kontekstual terpadu yang akan dikembangkan merupakan suatu model pembangunan sebuah kawasan yang kontekstual dan adanya keterpaduan dari seluruh proses sektor pertanian, mulai dari industri hulu, proses produksi,perdagangan sampai ke industri hilil atau dengan kata lain keterpaduan agribisnis, agroindustri. Pada akhirnya diharapkan akan menjadi sebuah kawasan agropolitan yang akan menjadi cikal bakal sebuah konsep pengembangan kawasan dan wilayah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, agamis, damai dan sejahtera. Pembangunan kawasan kontekstual dan terpadu merupakan pembangun atas dasar kondisi potensi alam dan sosial yang ada yang dipadukan atau diintegrasikan dengan sarana dan prasaranan pendukung lainnya sarana produksi, lembaga keuangan dan kelembagaan lainnya, termaksud dan perlunya membaguna kemitraan dengan investor. Sebagai negera agraris dengan berbagai produk unggulan disetiap daerah, terutama pada kegiatan pertanian, industri kecil dan kerajinan rakyat, maka pengembangan ekonomi berbasis pertanian yang berorientasi pada pembangunan agribisnis perlu terus ditingkatkan karena diyakini dapat memperkokoh perekonomian bangsa indonesia (Hamim & Vianda, 2019)

       Lahan merupakan faktor produksi utama dalam sistim usaha tani baik pada usaha tani berbasis tanaman pangan,perkebunan maupun usha tani yang berbasis hortikultura. Keberadaan lahan juga dijadikan dasar dalam penetapan pola pemiliharaan sapi potong rakyat diindonesia. Lahan kelapa sawit merupakan potensi untuk pemeliharaan sapi potong melalui sistem pemeliharaan integrasi sapi dengan kelapa sawit yang akhir ekstensif/pengembalaan, tetapi mempunyai potensi sebagai lahan penghasil
hijauan terutama leguminosa yang ditanam dan berfunsi sebagai penutup tanah (canopy), untuk itu sistem potong-angkut (cut and carry) untuk hijauan.pada lahan yang sudah berproduksi, maka pemeliharaan sapi potong didalam kebun tidak akan menimbulkan kerusakan terhadap tanaman. Dengan demikian pemeliharaan sapi potong dan jumlah sapi persatuan luas lahan dapat dilakukan secara optimal.sedangkan lahan sawit yang belum berproduksi, pemeliharaan sapi potong pada lahan yang sama masih memungkinkan meninbulkan gangguan terhadap tanaman. Lahan keun sawit yang dimiliki petani dapat dikatogorikan atas lahan sawit yang sudah berproduksi dan lahan sawit yang belum berproduksi, pada lokasi pengambilan sempel penelitian,petani memiliki lahan kelapa sawit berkisar antara 0,5 ha yang terendah dan 26 ha yang tertinggi, dengan rata-rata 5,03 ha/ petani,keragaan pemilikan lahan kebun sawit(Agustar et al., 2017)

            Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan salah satu upaya dalam rangka pengendalian terhadap tingginya laju alih funsi lahan pertanian kelahan non-pertanian.serta terkalit juga dengan ketahanan dan kedaulatan pangan. Ahli funsi lahan sesungguhnya bukan fenomena baru dalam kehidupan manusia. Fenomenan ini sudah berlangsung lama, bahkan mungkin sesuai dengan peredaban manusia, sejalan dengan pertumbuhan populasi pengguasaan dan penggunaan lahan menjadi terganggu dan mulai dianggap bermasalah. Hal ini memunculkan kompleksitas permasalahan akibat meledaknya pertambahan penduduk, penemuaan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika pembangunan.lahan yang semula berfunsi sebagai media bercocok tanam (pertanian),perlahan berubah menjadi multifungsi pemanfaatan(Satria et al., 2019)


Nama   : Cahya Irawansya Putri
Prodi    : Peternakan/102 2024 006




 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memiliki Bibit Bebek Berkualitas untuk Hasil Maksimal